Home Notícias Aneh tapi nyata, gen Z enggan mendapatkan pekerjaan

Aneh tapi nyata, gen Z enggan mendapatkan pekerjaan

4
0

Rabu, 15 Oktober 2025 – 00:10 Wib

Jakarta – Generasi Z (gen Z) tidak bercita-cita untuk promosi bahkan cenderung menolak promosi, kecuali jika dibarengi dengan kenaikan gaji atau jabatan yang “signifikan”. Menurut generasi Z, status kepala suku bukan lagi simbol kesuksesan, melainkan sebuah beban tambahan yang justru mengancam keseimbangan hidup.

Baca saya juga:

Sekjen Golkar: Menteri Bahlil sudah turun kebutuhan, tapi kinerjanya diakui publik

Promosi atau promosi menjadi “simbol” kesuksesan karir seseorang. Gen Z lebih mementingkan stabilitas, keamanan dan keseimbangan (work balance) yang dikenal dengan istilah minimalisme karir.

Gen Z berfokus pada pekerjaan yang relatif aman, pendapatan yang stabil, dan pelepasan waktu untuk kehidupan pribadi, hobi, atau proyek sampingan yang lebih signifikan. Pekerja muda juga menggarisbawahi batasan yang jelas antara pekerjaan dan kehidupan pribadi.

Baca saya juga:

Berjuang untuk suara seperti z

Dikutip dari Engoo Selasa 14 Oktober 2025, lowongan kerja terbaru Glassdoor menunjukkan 68% pekerja Z tidak berminat pada posisi manajemen kecuali dibarengi dengan gaji tambahan atau jabatan yang benar-benar signifikan.

Baca saya juga:

Jaksa Agung Burhanuddin Ubah Jabatan 73 Pejabat! 17 Kajati diganti, direktur direktur Sutikno menjadi Kajati Riau

Bagi kaum Z, bos bukanlah tujuan utama, karena profesi yang aman dan dapat diandalkan jauh lebih penting daripada mengejar “status” di kantor. Tidak mengherankan jika semakin banyak generasi muda memilih karir di sektor-sektor seperti kesehatan, pendidikan, pemerintahan, dan keahlian teknis.

“Saya selalu bercanda, saya tidak bermimpi untuk bekerja,” kata salah satu anggota komunitas Glassdoor.

Perubahan mentalitas ini bukan tanpa alasan. Gelombang PHK massal di sektor teknologi dan keuangan telah membuka mata generasi Z mengenai betapa cepatnya hilangnya pekerjaan. Sementara itu, kemunculan kecerdasan buatan (AI) menambah kekhawatiran akan masa depan dunia kerja.

Kini, promosi bukan lagi berarti jaminan masa depan. Jabatan yang tinggi dianggap memberikan tugas tambahan, karena jam kerja lebih panjang, akhir pekan hilang, dan risiko kelelahan mental (Pemadaman)

Dibandingkan mengejar gaji tinggi dari posisi manajerial, separuh responden Glassdoor seperti Z lebih memilih pekerjaan sampingan (agitasi lateral) Mulai dari proyek kreatif, usaha kecil, hingga freelancing (pekerja lepas)

https://www.youtube.com/watch?v=s-rein8tjd0

Menariknya, kerja tambahan bukan sekadar cara menambah penghasilan. Profesi ini menjadi ruang untuk menyalurkan passion dan mencari makna di luar pekerjaan utama.

Halaman selanjutnya

“Jika orang benar-benar bersemangat dengan pekerjaannya, mereka mungkin tidak akan membayar. Semangatnya adalah untuk 5-9 setelah 9-5,” kata anggota komunitas Glassdoor lainnya.



Link da fonte

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here